KESUKSESAN UNTUK BERSAMA

MARI BERBAGI SUKSES UNTUK KESUKSESAN KITA
Kalo Dah Mampir, Maka Wajib di Baca dan kalo dah diBaca Maka Wajib di tulis KOmeNtAR

Tuesday, January 27, 2009

JANGAN CUMA BACA JUDUL,,,,, BOIKOT ISRAEL = BOIKOT PALESTINA

PERINGATAN !!! JANGAN HANYA BACA JUDULNYA


Setiap Israel melakukan gempuran besar-besaran ke wilayah Palestina, selalu muncul wacana untuk melakukan boikot pada produk Israel dan Amerika. Bahkan beberapa ulama mengeluarkan fatwa yang menyatakan, haram hukumnya bagi setiap Muslim membeli barang-barang dan produk-produk Amerika Serikat dan Israel, baik berupa produk-produk minuman, gas bumi dan sejenisnya, produk-produk makanan, pakaian, elektronik dan sebagainya. Barang siapa yang melakukan transaksi berarti membela dan menolong orang-orang kafir, membantu mereka mendzalimi saudara-saudaranya kaum muslimin; dia telah melakukan kesalahan dan dosa besar.

Namun terlepas dari itu semua, ada dilema yang sangat besar andaikata boikot itu memang diikuti oleh seluruh negara di dunia.

Bukan hanya Israel yang akan terpuruk, Palestina bisa dipastikan juga akan terkena dampak yang sangat besar.

Bukan cuma Israel, Palestina juga akan merugi besar. Dan bahkan bukan hanya Palestina saja, bahkan Indonesia.


Memang ini sebuah dilema, tapi bagaimana itu mungkin terjadi?

Meskipun Palestina memiliki pemerintahan sendiri, namun apa artinya sebuah pemerintahan di daerah jajahan? Semua akses di kontrol penuh oleh penjajah.

Seperti halnya Indonesia dulu. Meskipun dulu Indonesia memiliki pemerintahan sendiri, raja-raja, namun semua itu dibawah pemerintahan kolonial Belanda. Semua akses perdagagan, usaha, dan kehidupan diatur oleh Belanda. Namun bedanya Israel lebih ketat lagi.

Penghasilan Rakyat Palestina
Sebelum menginjak lebih jauh, kita harus tau darimana penghasilan rakyat Palestina berasal. Ratusan ribu rakyat Palestina sejak 30 tahun lalu bekerja di wilayah Israel. Bekerja di bidang konstruksi, pertanian, medis, dan berbagai bidang lainnya. Jadi jangan dikira penghasilan rakyat Palestina murni dari negaranya sendiri. Penghasilan Palestina sendiri sebagian besar berasal dari bidang jasa, industri dan pertanian.

Perlakuan Tidak Adil
Tidak semua rakyat Palestina berkesempatan memasuki kawasan Israel. Terutama dari jalur Gaza. Apalagi pada saat perang, sangat sulit mendapatkan izin untuk memasuki kawasan Israel. Bahkan untuk salat di masjid Al-Aqsa pun sulit.

Untuk memasuki kawasan Israel harus melewati beberapa pos penjagaan. Di setiap pos dilakukan penggeledahan. Seringkali pekerja Palestina terlambat karena hal ini jika tidak berangkat benar-benar lebih awal. Dan pekerja Palestina selalu dianak tirikan.

Untuk pekerja model seperti ini, sangat besar kemungkinan dipecat apabila perusahaan merugi akibat pemboikotan produk mereka misalnya. Pekerja Palestina pasti diprioritaskan untuk dirumahkan jika terjadi pengurangan karyawan.

Masalah pekerja beda dengan masalah petani. Jika petani lebih susah lagi. Petani biasanya mengeksport produk hasil mereka ke luar negeri. Namun produk mereka selalu di prioritaskan terakhir dalam pengiriman. Israel akan membiarkan sayur Palestina di bandara berhari-hari atau mengirim sesudah barang mereka sendiri beres. Sering ketika sampai di Eropa sayur sudah busuk. Pengemas dan petani Palestina merugi dan reputasi mereka rusak.

Produk Palestina Berlabel Israel
Untuk menyiasati agar bisa langsung dikirim ke luar negeri Produk Palestina diberi label Israel. Seperti misalnya Tomat Palestina, diberi label Carmer yang menyatakan “Produksi Israel”, tomat yang sama berlabel Gaza tidak akan mungkin. Dan ini semua berlangsung sejak dahulu kala hingga saat ini.

Para pekerja jelas tidak senang soal itu, jelas Carmel diuntungkan karena label palsu produksi Gaza, tapi apa daya mereka, pekerja butuh uang untuk hidup.

Jangankan Palestina, Indonesia pun kerap kali melakukan hal yang serupa. Tak jarang kita temui barang produksi Indonesia yang diberi label asing. Bahkan salah seorang penyanyi terkenal Indonesia pun sampai rela pindah negara lantaran tidak akan bisa berkembang di luar jika memakai nama Indonesia. Karena itu jangan heran jika ada sepatu merk luar negeri, ternyata diproduksi di Pabrik Tanggulangin Sidoarjo misalnya.

Salah Boikot
Alih-alih ingin membantu melawan Israel dengan memboikot produk mereka, tapi malah Palestina sendiri yang terkena imbasnya. Karena bisa jadi produk yang anda boikot ternyata buatan Palestina.

Atau produk yang anda boikot memang produk Israel, namun sebagian pekerjanya dari Palestina, sehingga jika perusahaan merugi tentu pekerja Palestina ini duluan yang akan dirumahkan.

Bukan cuma itu, seandainya 80% saja rakyat Indonesia yang benar-benar melakukan boikot secara sungguh-sungguh, bisa dipastikan perusahaan Israel dan Amerika yang di boikot akan hengkang dari Indonesia dan jutaan orang akan menganggur.

Boikot yang berlebihan
Seringkali umat Muslim menyikapi Boikot produk Israel secara berlebihan dengan merusak properti mereka. MUI pun telah memberi himbauan agar tidak salah tafsir, karena boikot itu bukan merusak.

Ada pula yang anti produk Israel berlebihan . Semisal disuguhi Coca Cola ketika bertamu tidak diminum. Ada pula cerita dari teman saya, Surya Atmajaya, ketika dia SMA ada promo dari Coca Cola gratis, dan beberapa anak-anak Rohis (Organisasi Islam di lingkup Sekolah) membuang air cola tersebut ke tanah didepan karyawan Coca Cola. Hal ini sungguh merupakan tindakan pemborosan. Padahal Rasulullah membenci pemborosan, bahkan makanpun kita tidak boleh menyisakan makanan, apalagi membuang.
“Dan janganlah ia mengusap tangannya dengan mindil/serbet hendaklah ia menjilati tangannya, karena seseorang itu tidak mengetahui pada makanannya yang mana yang mengandung berkah untuknya, sesungguhnya setan itu selalu mengintai untuk merampas harta manusia dari segala penjuru hingga di tempat makannya. Dan janganlah ia mengangkat shohfahnya hingga menjilatinya dengan tangan, karena sesungguhnya pada akhir makanan itu mengandung berkah. (Silsilah hadits-hadits shahih no. 1404).

Tujuan Boikot
Tujuan sebenarnya dari Boikot produk Israel dan Amerika adalah agar kita tidak ikut andil dalam memberikan Israel keuntungan sehingga dapat dengan leluasa membunuh rakyat Palestina yang tidak berdosa.

Karena itu jangan disalah artikan. Boikot produk Israel bukan merusak properti mereka. Boikot produk Israel bukan membuang apa yang diberikan orang lain, karena yang diberikan orang lain itu halal.

Jadi prinsip jual beli dalam islam begini. Misalnya A membeli kopi curian dari B, dan A membuatkan kopi ketika C bertamu, C tahu bahwa kopi yang disuguhkan A itu curian, tapi kopi itu halal untuk C, karena proses yang dihitung dalam Islam hanya satu level, dimana hubungan C hanyalah dengan A. Masalah itu kopi curian atau bukan itu urusan A. Hanya A yang menanggung dosa, C tidak ikut berdosa.

Prinsipnya hanya satu level. Ini sama halnya dengan prinsip gaji. Misalnya ada pembantu bekerja di Majikan yang korupsi, maka yang dosa itu Majikannya aja, uang yang didapatkan dari Majikan itu halal meskipun dia dibayar dari hasil korupsi. Kecuali kalau pembantu tersebut ikut andil bagian dalam korupsi tersebut.

Jadi jika andaikata hukum Islam tidak memberlakukan satu level, maka bisa jadi uang kita tidak ada yang halal. Karena mungkin saja kalau diruntut uang itu dari mana, bisa jadi uang tersebut dari hasil kejahatan.

Hal ini general dalam Islam. Begitu pula soal makanan, apa yang kita makan selama itu makanan halal hukumnya akan halal, walaupun didapatkan oleh pemberi dari perbuatan kejahatan.

Tugas kita hanyalah menasehati. Terlepas dia mengikuti saran kita atau tidak itu urusan dia.

Menyikapi Boikot Produk Israel dan Amerika
Melakukan boikot pada produk Israel dan Amerika sungguh merupakan dilema. Dimana jika kita melakukan boikot penuh tidak mungkin, karena begitu banyak produk mereka yang belum ada tandingannya. Selain itu jika kita melakukan boikot pada produk mereka bukan cuma mereka yang rugi, tapi kita juga rugi seperti yang telah saya jelaskan pada tulisan diatas.

Karena itu saya lebih memilih untuk “Beli Produk dalam Negeri”

Beli Produk dalam Negeri
Yang membuat bangsa kita kurang maju, karena sikap yang tidak menghargai terhadap produk negeri sendiri. Jepang maju karena mereka begitu cinta pada produk dalam negeri. Dulu produk Jepang mirip produk Cina yang hingga saat ini diremehkan negara lain. Tapi karena keuletan dan kecintaan akan produk dalam negeri membuat negeri sakura itu menjadi negara produsen besar di dunia. Dan membuat pengaruh perekonomiannya melambung menjadi nomor dua setelah Amerika.

Begitu pula India, siapa yang menyangka Bajaj (Bajai) akan mendunia hingga masuk ke Indonesia? Jika tidak karena pengaruh besar Mahatma Ghandi yang mewajibkan membeli produk lokal, siapa yang mau membeli mobil butut yang bunyinya keras, karena saat itu India baru bisa membuat mobil butut. Walaupun jelek, tapi karena rakyat bersatu jadi produk tersebut dapat bersaing di kancah Internasional.

Indonesia sebenarnya bisa membuat mobil, tapi tidak ada yang mau, karena pasti tidak laku karena merk dengan produk luar.

Selama tidak ada kecintaan pada produk lokal, Indonesia tidak akan bisa bangkit.

Pendapat anda boleh jadi berbeda dengan saya. Itu hak anda. Anda bisa menuangkan pendapat anda di kolom komentar.

No comments:

Post a Comment

Yang baik dan jujur aja ya